Melejitkan Potensi Sosial/Emosional Anak, Sangat Perlu!
Akhir-akhir ini, banyak guru yang melaporkan banyak anak yang mengalami masalah perilaku di kelas atau di sekolah. Anak-anak ini bermasalah karena anak-anak ini belum terlatih untuk bergaul dengan orang lain, memahami dan menjalankan instruksi, memusatkan perhatian dan menahan dorongan diri atau menunda pemuasan segera.
Kematangan sosial emosional dan juga kualitas motivasi anak jauh lebih penting dan mendukung kesuksesan anak di sekolah dan di masa dewasanya dibandingkan dengan sekedar mengajarkan anak dapat memegang pensil untuk menulis atau membaca. Bukan berarti bahwa perkembangan kognitif tidak penting, tapi semata-mata hanya meningkatkan perkembangan intelektual anak saja tidak cukup.
MEMAHAMI PERKEMBANGAN SOSIAL/EMOSIONAL
ü Perkembangan sosial/emosional yang terpenting selama pra sekolah adalah sosialisasi – proses dimana anak belajar nilai-nilai kebajikan dan perilaku yang diterima di masyarakat. Juga belajar menjadi insan kompeten dan percaya diri
ü Kompetensi sosial dan emosional sangat diperlukan bagi kebahagiaan dan kesuksesan, baik di sekolah dan di dalam kehidupan selanjutnya
ü Karena itu sangat berbahaya jika program prasekolah hanya memusatkan perhatian pada akademis saja dan mengabaikan aspek perkembangan sosial emosional.
ü Anak memerlukan program prasekolah yang fokus pada kesiapan di semua area perkembangan
ü Riset menunjukkan betapa pentingnya kesiapan sosial/emosional dalam kesuksesan siswa di sekolah dasar, dan bahkan kesuksesan di dunia kerja. Anak yang siap sekolah digambarkan seperti ini:
o Percaya diri, ramah, mampu membangun hubungan yang baik dengan teman sebayanya
o Mampu berkonsentrasi dan terus bertahan untuk dapat menuntaskan tugas yang menantang
o Mampu mengungkapkan rasa frustrasi, marah, dan kebahagiaannya secara efektif
o Mampu menyimak instruksi dan memberikan perhatian
ü Kesiapan sosial/emosional terbaik diajarkan dan dipupuk saat anak masih kecil. Usia prasekolah adalah waktu yang paling prima untuk melatih kompetensi sosial/emosional
ü Tiga tujuan perkembangan sosial/emosional selama usia prasekolah:
o Mencapai kemampuan memahami diri sendiri: mengerti dirinya dan mampu berinteraksi dengan orang lain – anak lain dan orang dewasa
o Bertanggung jawab atas perbuatan dirinya dan memahami perilaku orang lain: mengikuti aturan dan rutinitas, menghormati orang lain, dan mengambil inisiatif
o Bertingkah laku sosial: menunjukkan empati dan mampu bekerja sama dengan orang lain, seperti, bergantian dan berbagi
ü Perkembangan sosial/emosional:
§ Usia Tiga Tahun
· Anak usia 3 belajar untuk mempercayai ortu, guru, dan orang dewasa lain dalam hidupnya akan memperlakukan dirinya dengan baik. Rasa percaya pada orang-orang di lingkungannya menumbuhkan rasa percaya diri untuk menjadi mandiri, yang kemudian memberikan rasa bangga karena anak mampu menyikat giginya sendiri, berpakaian sendiri – sama seperti yang dilakukan ortu anak.
· Anak usia tiga ingin orang dewasa tahu apa yang sudah dapat ia lakukan, seperti membantu menyiapkan makan malam atau naik sepeda roda tiga.
· Kompetensi sosial mulai muncul tapi jangan kaget jika tiba-tiba saja anak usia tiga berubah menjadi egosentris dan berorientasi pada dirinya.
o Usia Empat Tahun
§ Anak usia empat sudah dapat menunjukkan kemandirian dan kemampuan bersosialisasi. Anak senang melakukan segalanya sendiri. Anak juga senang meniru perilaku orang dewasa, ia juga suka bermain dengan yang lain, khususnya dalam kelompok tiga atau dua orang.
§ Kemampuannya berteman membuat anak usia 4 mudah berbagi. Apakah ia bermain sendiri atau bersama-sama, anak usia 4 cenderung sangat ekspresif, menggunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah dan kata-kata untuk menyampaikan pendapatnya.
o Usia Lima Tahun
§ Anak usia lima sudah menjadi individu mandiri dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Anak sudah dapat diandalkan dan bertanggung jawab serta menikmati penghargaan orang atas keterandalannya.
§ Anak usia lima telah berubah menjadi warga Negara teladan: mampu mengikuti aturan, memenuhi kebutuhannya sendiri, melindungi yang lainnya, bangga pergi ke sekolah, dan umumnya sopan dan bijaksana. Sangat sosial, mereka senang berteman, biasanya memiliki satu atau dua sahabat.
§ Anak usia lima lebih senang bermain kooperatif.
§ Lingkungan sekitar menjadi sangat menarik baginya, anak usia lima senang melakukan perjalanan dan mengeksplorasi lingkungan.
ü Potensi sosial emosional anak mulai dikembangkan dari hubungan anak dengan orang di sekitarnya termasuk ortu, guru, pengasuh dan juga teman sebayanya.
ü Ortu yang meyakini pentingnya anak memiliki perkembangan emosi optimal akan berinteraksi penuh cinta dan mesra dengan anak; menunjukkan perhatian pada perasaan, keinginan dan kebutuhan anaknya; menunjukkan minat pada apa yang dikerjakan anak di rumah atau di sekolah; menghargai pendapat anak; mengungkapkan rasa bangga atas prestasi anaknya; dan memberikan dukungan dan dorongon seperlunya ketika anak sedang mengalami masalah atau tekanan.
ü Anak yang sehat secara emosional akan menunjukkan perilaku bermain positif, mengembangkan persahabatan, dan yang paling penting ia akan disukai dan diterima oleh teman-temannya. Hubungan anak dengan teman-temannya di sekolah memberikan kontribusi pada perasaan positif anak terhadap sekolah dan keterlibatannya dalam belajar di kelas, yang pada akhirnya akan mendorong anak untuk berprestasi optimal secara akademis.
Kemampuan anak untuk dapat belajar dan untuk dapat berfungsi sebagai warga negara yang bertanggung sangat ditentukan oleh perkembangan kompetensi sosial dan kesehatan emosi anak yang telah dimulai sejak lahir dan berkembang pesat saat anak berada pada usia prasekolah. Melejitnya potensi sosial emosional akan mengaktifkan perkembangan kognitif anak.
Referensi
DianeTrister Dodge, Laura J. Colker dan Cate Heroman. 2006. The Creative Curriculum for Preschool. Edisi ke empat. WashingtonDC: Teaching Strategies
Judy Boyd, W. Steven Barnett, etc. 2005. Promoting Children’s Social & Emotional Development Through Preschool Education. New Jersey : National Institute for Early Education Research.
Kumpulan makalah Konferensi I PPPAI (Pusat Program Pembangunan Anak Indonesia ) 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar